KONSERVASI

Konservasi adalah upaya untuk menjaga apa yang telah ada, dalam hal ini adalah sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dalam artian tidak menambah atau mengurangi. Kecuali apabila dalam upaya untuk mengembalikan kembali (rehabilitasi) kemampuan produktivitas sumber daya alam sekurang-kurangnya pada keadaan semula.

PEMBALUTAN

Membalut adalah tindakan medis untuk menyangga atau menahan bagian tubuh tertentu agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.

KOMPAS

Dalam setiap orientasi medan, selain peta, kompas juga mempunyai peranan yang fital. Sebab jika kita punya peta, tanpa ada kompas, hal itu sama saja tidak berguna.

TEKNIK SAR

Sebuah definisi SAR dapat diartikan secara umum adalah suatu misi penyelamatan untuk menyelamatkan jiwa sehingga dalam pergerakan harus berpegang pada 3C yaitu : cepat, cermat dan cekatan. Waktu yang sia-sia ataupun yang tidak efektif dalam pencarian akan mengakibatkan kerugian bagi korban.

ZOOLOGI & BOTANI PRAKTIS

Mempelajari botani dan zoology praktis dianggap penting untuk lebih mengenal jenis tumbuhan dan hewan yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan darurat (survival food) atau obart-obatan. Selain itu kita dapat mengenal jenis tumbuh-tumbuhan dan hewan yang harus dijauhi karena beracun, berbisa, atau dapat menganmcam keselamatan jiwa. Hal ini penting karena alam Tropis memiliki karakteristik yang berbeda dengan alam Sub Tropis.


Tips Praktis Mengatasi Gigitan Ular Berbisa

Sinonim:
Snake bite (gigitan ular)

Penyebab: gigitan oleh
1. Ular hijau (Trimeresurus albolaris)
2. Ular tanah (Ankistrodon rhodostoma)
3. Ular welang (Bungarusfasciatus)
4. Ular sendok (Naya sputatrix)
5. dll

ARUNG JERAM / OLAH RAGA ARUS DERAS (ORAD)

1 Pendahuluan

Olah Raga Arus Deras (ORAD) atau lebih dikenal dengan sebutan Arung Jeram dapat dikategorikan sebagai olah raga petualangan, karena tidak saja mengandung unsur olahraga, tetapi juga petualangan dengan berbagai resikonya.


MEMBUAT API, BIVOACK, dan TRAP

TEKNIK MEMBUAT API
Bunga api adalah tahap awal dalam pembuatan api. Selanjutnya ialah mengusahakan untuk menangkap bunga api dengan kawul atau ranting dan daun kering.


RAWA

1. Pendahuluan.

Daerah rawa dapat didefinisikan sebagai daerah yang selalu tergenang atau pada waktu tertentu tergenang karena jeleknya ataupun tidak adanya sistem drainasi alami. Tempat terjadinya daerah rawa tidak dibatasi oleh ketinggian (elevasi) lahan. Di tempat yang tinggipun dapat ditemukan daerah rawa di daerah depresi geologis. Genangan air di daerah depresi ini terjadi karena terkumpulnya limpasan air hujan pada cekungan tersebut, sirkulasi air dapat terjadi karena adanya evaporasi dan tambahan lewat air tanah. Daerah rawa mempunyai arti penting secara hidrologis bagi lingkungan fisik sistem hidrologi sungai. Daerah rawa di suatu daerah genangan banjir sungai, dapat berfungsi sebagai filter yang dapat menjernihkan air sebelum masuk ke sungai. Air limpasan dari daerah lebih tinggi mengalir masuk ke daerah rawa, karena adanya tumbuh-tumbuhan di daerah rawa tersebut, kecepatan aliran menjadi kecil yang mengakibatkan terendapkannya sedimen suspensi, oleh karena itu pada waktu meninggalkan daerah rawa, air tersebut sudah menjadi lebih jernih. Air tawar di daerah rawa adalah tempat berkembang-biaknya berbagai macam jenis ikan dan burung dan merupakan sumber air minum bagi binatang buas pada saat musim kemarau terutama pada saat terjadi kekeringan. Dearah rawa juga dapat berfungsi sebagai reservoir air yang dapat menjaga keberadaan air tanah di daerah di atasnya. Rawa adalah lahan dengan kemiringan relatif datar disertai adanya genangan air yang terbentuk secara alamiah yang terjadi terus-menerus atau semusim akibat drainase alamiah yang terhambat serta mempunyai ciri fisik: bentuk permukaan lahan yang cekung, kadang-kadang bergambut, ciri kimiawi: derajat keasaman airnya terendah dan ciri biologis: terdapat ikan-ikan rawa, tumbuhan rawa, dan hutan rawa. Rawa dibedakan kedalam 2 jenis, yaitu: rawa pasang surut yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga oleh pasang surutnya air laut dan rawa non pasang surut atau rawa pedalaman atau rawa lebak yang terletak lebih jauh jaraknya dari pantai sehingga tidak dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut.

Di Indonesia, lahan rawa diperkirakan seluas 33,4 juta ha, sekitar 60 % (20 juta Ha) diantaranya merupakan lahan rawa pasang surut dan 40 persen selebihnya (13,4 juta Ha) adalah lahan rawa non pasang surut. Dari hasil survey tahun 1984, seluas 9 juta Ha 0dari lahan rawa pasang surut diidentifikasikan potensial untuk pengembangan pertanian.Sampai saat ini, sekitar 3,9 juta Ha dari lahan rawa dengan lokasi yang sebagian terbesarnya tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, telah direklamasi, utamanya untuk pengembangan lahan pertanian. Lebih dari 60 persen diantaranya (2,4 juta Ha) dikembangkan secara swadaya sebagai lahan pertanian oleh para petani pendatang dan penduduk lokal. Seluas kurang lebih 0,2 juta ha lainnya dikembangkan oleh swasta untuk perkebunan kelapa. Selebihnya sekitar 1,3 juta ha adalah lahan rawa yang semenjak awal tahun 70-an telah dikembangkan oleh pemerintah sebagai lahan pertanian dan permukiman dalam rangka menunjang program transmigrasi.

Pengembangan lahan pasang surut yang dilaksanakan yang dilaksanakan pemerintah pada tahap awal (tahap I) berupa pembangunan sistem drainasi terbuka, tanpa bangunan pengendali aliran air, dilengkapi dengan penyiapan lahan, rumah-rumah, jaringan jalan, jembatan, sekolah dan sarana kesehatan. Pada mulanya lahan ini menunjukkan produksi padi di sawah yang cukup tinggi, namun dalam perkembangan selanjutnya sistem drainasi yang sudah ada tidak segera diikuti dengan pembuatan pintu pengatur air, sehingga degradasi lahan mulai berjalan. Terjadinya drainase berlebihan, tidak hanya membawa bahan toksik tetapi juga membawa hara dan mineral lainnya. Akhirnya lahan menjadi bongkor ditinggalkan petani, karena sawahnya memberikan hasil sangat rendah atau sama sekali tidak menghasilkan. Selain karena lahan tidak produktif, atau sistem tata air tidak mendukung, ada beberapa petani yang meninggalkan lahannya, karena hasil produksi pertaniannya tidak mendatangkan keuntungan yang cukup.

Untuk menghindari kerusakan lingkungan yang semakin parah dan menjadikan lahan tersebut menjadi produktif lagi untuk pertanian, perlu adanya upaya rehabilitasi. Disamping perencanaan, pengelolaan dan pemanfaatan yang sebaik-baiknya, pengembangan lahan rawa memerlukan penerapan teknologi yang sesuai, pengelolaan tanah dan air yang tepat. Pemanfaatan yang serta pengelolaan yang serasi sesuai dengan karakteristik, sifat dan kelakuannya serta pembangunan prasarana, sarana pembinaan sumber daya manusia dan penerapan teknologi spesifik lokasi

diharapkan dapat mengubah lahan tidur (bongkor) menjadi lahan produktif.

Pada periode 1985-1995 hampir tidak ada proyek pembukaan lahan rawa baru yang dilaksanakan oleh pemerintah indonesia, pada periode itu fokusnya lebih ditujukan kepada penyempurnaan (fase II) prasarana pengairan, prasarana ekonomi dan sosial lainnya pada kawasan reklamasi yang sudah dikembangkan sebelumnya. Pada tahun 1996, Pemerintah Indonesia melaksanakan pembukaan lahan rawa besar-besaran di Kalimantan Tengah yang kemudian dikenal sebutan PLG 1 juta Ha, yang kebanyakan kawasannya berada di daerah bantaran air sungai. Proyek ini mendapatkan tantangan yang sangat kuat dari para pembela lingkungan hidup, karena proyek ini berusaha mengembangkan lahan bergambut tebal yang diperkirakan akan merusak sistem konservasi sumber daya air. Diperkirakan para perencanaan proyek ini tidak didukung oleh data yang akurat dan pengetahuan yang sepadan dalam pengembangan daerah rawa. Proses reklamasi rawa yang berupa proses pengatusan genangan air beserta akibatnya (oksidasi pirit, subsidence, irreversibility tanah gambut) merupakan proses membahayakan dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, kiranya kurang dipertimbangkan pada proses perencanaan, sehingga mengakibatkan beberapa kegagalan pertanian yang menyengsarakan petani.

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan untuk meningkatkan produksi pangan, seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan semakin terbatasnya lahan kering yang potensial untuk lahan pertanian, maka dimasa mendatang akan menjadi keniscayaan bagi pemerintah untuk memikirkan kembali perlunya pembukaan lahan pertanian baru di daerah reklamasi rawa. Upaya ke arah ini layak ditempuh bersamaan dengan pengembangan tahap II ataupun tahap III dari kawasan reklamasi yang sudah dikembangkan sebelumnya.


HUTAN

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting.

Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.

Hutan merupakan suatu kumpulan tetumbuhan, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.

Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas.

Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembab, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan.


Bagian-bagian hutan

Hutan Slurup di gunung Wilis pada sisi Kabupaten Kediri, tepatnya di daerah Dolo kecamatan Mojo. Hutan dengan banyak aliran air, berhawa dingin dan tingkat kelembaban rendah

Bayangkan mengiris sebuah hutan secara melintang. Hutan seakan-akan terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian di atas tanah, bagian di permukaan tanah, dan bagian di bawah tanah.

Jika kita menelusuri bagian di atas tanah hutan, maka akan terlihat tajuk (mahkota) pepohonan, batang kekayuan, dan tumbuhan bawah seperti perdu dan semak belukar. Di hutan alam, tajuk pepohonan biasanya tampak berlapis karena ada berbagai jenis pohon yang mulai tumbuh pada saat yang berlainan.

Di bagian permukaan tanah, tampaklah berbagai macam semak belukar, rerumputan, dan serasah. Serasah disebut pula 'lantai hutan', meskipun lebih mirip dengan permadani. Serasah adalah guguran segala batang, cabang, daun, ranting, bunga, dan buah. Serasah memiliki peran penting karena merupakan sumber humus, yaitu lapisan tanah teratas yang subur. Serasah juga menjadi rumah dari serangga dan berbagai mikro organisme lain. Uniknya, para penghuni justru memakan serasah, rumah mereka itu; menghancurkannya dengan bantuan air dan suhu udara sehingga tanah humus terbentuk.

Di bawah lantai hutan, kita dapat melihat akar semua tetumbuhan, baik besar maupun kecil, dalam berbagai bentuk. Sampai kedalaman tertentu, kita juga dapat menemukan tempat tinggal beberapa jenis binatang, seperti serangga, ular, kelinci, dan binatang pengerat lain.

Mengapa hutan tidak tampak sama?

Iklim, tanah, dan bentuk bentang lahan di setiap daerah adalah khas. Sebuah daerah mungkin beriklim sangat basah, sedangkan suatu tempat lain luar biasa keringnya. Daerah A mungkin bertanah rawa, daerah B sebaliknya berkapur. Ada yang berupa gunung terjal, sementara yang lain merupakan dataran rendah.

Semua tumbuhan dan satwa di dunia, pun manusia, harus menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat mereka berada. Jika suatu jenis tumbuhan atau satwa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik di daerah tertentu, maka mereka akan dapat berkembang di daerah tersebut. Jika tidak, mereka justru tersingkir dari tempat ini. Contohnya, kita menemukan pohon bakau di daerah genangan dangkal air laut karena spesies pohon ini tahan garam dan memiliki akar napas yang sesuai dengan sifat tanah dan iklim panas pantai.

Sebaliknya, cara berbagai tumbuhan dan satwa bertahan hidup akan mempengaruhi lingkungan fisik mereka, terutama tanah, walaupun secara terbatas. Tumbuhan dan satwa yang berbagi tempat hidup yang sama justru lebih banyak saling mempengaruhi di antara mereka. Agar mampu bertahan hidup di lingkungan tertentu, berbagai tumbuhan dan hewan memang harus memilih antara bersaing dan bersekutu. Burung kuntul, misalnya, menghinggapi punggung banteng liar untuk mendapatkan kutu sebagai makanannya. Sebaliknya, banteng liar terbantu karena badannya terbebas dari sebuah sumber penyakit.

Jadi, hutan merupakan bentuk kehidupan yang berkembang dengan sangat khas, rumit, dan dinamik. Pada akhirnya, cara semua penyusun hutan saling menyesuaikan diri akan menghasilkan suatu bentuk klimaks, yaitu suatu bentuk masyarakat tumbuhan dan satwa yang paling cocok dengan keadaan lingkungan yang tersedia. Akibatnya, kita melihat hutan dalam beragam wujud klimaks, misalnya: hutan sabana, hutan meranggas, hutan hujan tropis, dan lain-lain.


Sungai

Sungai merupakan jalan air alami. mengalir menuju Samudera, Danau atau laut, atau ke sungai yang lain. Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.

Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sundai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertantu air sungai juga berasal dari lelehan es / salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.

Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5.950Daerah aliran sungai (DAS).

Jenis sungai

Sungai menurut jumlah airnya dibedakan :

  1. Sungai permanen - yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
  2. Sungai periodik - yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
  3. Sungai Intermittent atau sungai episodik - yaitu sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
  4. Sungai ephemeral - yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.

Sungai menurut genetiknya dibedakan :

  1. Sungai konsekwen yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan kemiringan lereng
  2. Sungai subsekwen yaitu sungai yang aliran airnya tegak lurus dengan sungai konsekwen
  3. Sungai Obsekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya berlawanan arah dengan sungai konsekwen
  4. Sungai insekwen yaitu sungai yang alirannya tidak teratur atau terikat oleh lereng daratan
  5. Sungai resekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya searah dengan sungai konsekwen

PERLENGKAPAN dan PERBEKALAN

Peralatan yang baik akan sangat membantu kita dalam melakukan kegiatan alam terbuka dan kita akan dapat selalu dalam keadaan sehat untuk melakukan aktivitas karena kita melakukan kegiatan di alam bebas bukan untuk menyiksa diri. Prinsip dalam pemilihan peralatan yang akan kita bawa adalah sebagai berikut : semua barang yang kita butuhkan ada dalam tas kita dan tidak ada peralatan yang tidak kita butuhkan dalam tas kita.

Secara umum peralatan dapat kita bagi menjadi :

1. Peralatan dasar, yaitu peralatan yang selalu kita perlukan setiap saat seperti pakaian, peralatan memasak dan makan/minum peralatan MCK dan perlengkapan pribadi.

2. Peralatan khusus, yaitu peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan medan perjalanan atau tujuan perjalanan apakah untuk penelitian, dokumentasi, pemanjatan tebing dan sebagainya.

3. Peralatan tambahan, yang bisa dibawa atau tidak dan lebih kepada hal-hal kenyamanan.

A. PERLENGKAPAN DASAR

Dalam hal ini yang akan dibahas adalah peralatan untuk medan gunung hutan. Memilih perlengkapan dasar, hal-hal yang harus diperhatikan sebagai berikut :

1. Sepatu, sepatu yang baik mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :

* Terbuat dari bahan yang kuat (misal : kulit) namun tidak menyakiti kaki pemakainya.
* Melindungi kaki sampai mata kaki untuk mencegah bahaya terkilir.
* Nyaman dipakai, karena itu pakailah sepatu yang telah dikenal oleh kaki anda/bukan pinjaman.
* Bentuk sol bawah dapat menggigit ke segala arah agar pemakainya tidak mudah tergelincir.
* Sepatu lapangan ABRI cukup baik dengan beberapa modifikasi seperti memberi lubang dibagian sampingnya untuk ventilasi udara dan mengeluarkan air yang terperangkap didalamnya dan diberi alas tambahan sehingga lebih lunak.


Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :

* Untuk mencegah lecet, mungkin kita perlu memberi plester pada bagian-bagian kaki yang bergesekan dengan sepatu.
* Jagalah kebersihan kaki dan kaus kaki dengan mengusahakan agar kita selalu memakai kaus kaki yang kering.
* Jangan mengeringkan sepatu pada panas yang ekstrim karena akan mengakibatkan sepatu menjadi kaku dan kulit sepatu pecah-pecah.
* Rajin-rajinlah menyemir sepatu agar kulit sepatu anda selalu dalam keadaan lembut sehingga nyaman dipakai.
* Gunakanlah sepatu yang tidak terlalu sempit atau lebih longgar (dengan memperhatikan kaos kaki yang digunakan).

2. Kaus Kaki

Hal-hal yang harus diperhatikan kaus kaki harus menyerap keringat. Adapun kegunaannya sebagai berikut :

* Melindungi kulit kaki dari pergesekan langsung dengan kulit sepatu.
* Menjaga agar telapak kaki tetap dapat bernapas.
* Menjaga agar kaki tetap hangat pada daerah-daerah yang dingin.

3. Celana Lapangan

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk pemilihan celana lapangan sebagai berikut :

* Terbuat dari bahan katun yang lembut namun kuat. Celana yang terbuat dari bahan jeans sangat tidak dianjurkan karena bila basah akan menjadi sangat berat dan tidak mudah kering.
* Celana yang baik mempunyai saku yang cukup. Bila tidak ada sakunya maka tidak akan berguna namun bila terlalu banyak saku akan sangat mengganggu. Saku celana sebaiknya mempunyai penutup agar isi di dalamnya tidak mudah keluar.
* Pilihlah celana yang memakai resleting agar mengurangi kemungkinan lintah memasuki daerah terlarang.

4. Baju Lapangan

Prinsip baju lapangan sama dengan celana lapangan yaitu terbuat dari bahan katun atau wol. Sebaiknya baju lapangan yang digunakan berlengan panjang karena akan berguna untuk melindungi dari sengatan matahari, duri tanaman, atau udara dingin. Bawalah pakaian ganti/cadangan yang cukup.

5. Topi Lapangan

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk pemilihan celana lapangan sebagai berikut

* Melindungi kepala dari kemungkinan cedera akibat ranting/duri tumbuhan.
* melindungi dari curahan hujan ataupun panas matahari terutama kepala bagian belakang.
* Topi yang digunakan terbuat dari bahan yang kuat.


6. Sarung Tangan

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk pemilihan celana lapangan sebagai berikut :

* Bahan dasarnya sebaiknya berasal dari kulit.
* Bentuknya disesuaikan dengan tangan dan tidak kaku yang akan menghalangi gerakan tangan.


7. Ikat Pinggang

Kegunaan ikat pinggang selain agar celana tidak melorot juga untuk menaruh benda-benda yang kita butuhkan dengan cepat seperti pisau pinggang, air minum atau peralatan P3K. Pilihlah ikat pinggang yang kita gunakan harus terbuat dari bahan yang kuat seperti kulit atau bahan lain yang kuat.


8. Ransel

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk pemilihan ransel sebagai berikut :

* Ringan, ransel sejauh mungkin tidak merupakan beban tambahan yang berlebihan. Selain itu ransel juga harus terbuat dari bahan water proof.
* Kuat dan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan medan.
* Nyaman dipakai dianjurkan ransel yang mempunyai kerangka agar berat beban merata dan seimbang keseuruh tubuh.
* Praktis, kantung-kantung tambahan serta pembagian ruangan akan mengambil barang-barang tertentu.

KATEGORI PANJAT TEBING

- Bouldering: dianggap sebagai bentuk murni dari olah raga panjat tebing yaitu memanjat problem/ rute pendek yang kebanyakan enggak terlalu tinggi (sekitar 3m) tanpa tali pengaman. Biasanya rutenya horisontal/ menyamping. Pengaman yang digunakan biasanya crash pad atau matras empuk supaya pada saat jatuh atau kaki medarat tidak sakit/ terluka.

- Buildering: Hampir sama dengan bouldering hanya saja arena pemanjatan bukannya tebing alam melainkan konstruksi buatan manuasia yang dibangun bukan untuk tujuan olah raga panjat tebing seperti gedung bertingkat, jembatan, tower, tiang dll.

- Toproping:Pemanjatan dengan tali pengaman yang bisa diibaratkan dengan tali timba disumur. Ember dianggap sebagai pemanjat, penimba dianggap sebagai pembelay sedangkan katrol dianggap sebagai jangkar pengaman (anchor) yang berada di puncak tebing. Pada saat pemanjat mulai memanjat tali yang mengambang/terulur (slack) ditarik oleh pembelay sehingga jika pemanjat jatuh dia enggak akan jatuh ketanah melainkan menggantung seperti ember timba yang menggantung ditengah sumur. Setelah pemanjat sampai dipuncak, pembelay mengulurkan tali untuk menurunkan si pemanjat ke tanah.


- Lead Climbing: ada dua macam yaitu Sport Climbing dan Traditional (Trad) Climbing. Berbeda dengan toproping dimana tali pengaman terikat ke pemanjat dan mengulur ke karabiner di puncak tebing dan kembali ke bawah terikat pada belayer, pada lead climbing tali tidak menjulur ke jangkar pengaman di puncak tebing melainkan dari belayer langsung ke pemanjat. Pada saat pemanjat mulai memanjat si belayer mengulurkan tali, kemudian pada interval ketinggian tertentu (misalnya setiap 3 meter) pemanjat terus memasang alat pengaman, jika dia jatuh maka belayer akan mengunci tali pengaman dan pemanjat akan menggantung pada tali yang mengulur keatas ke alat pengaman terakhir yang dia pasang.
Perbedaan dari Sport dan Trad Climbing yaitu dari rute pemanjatan.
Pada Sport climbing rute yang dipanjat umumya di bolted artinya pada interval ketinggian tertentu ada besi berlubang (hanger) yang dipasang/ditempel (menggunakan mur dan juga kadang lem) pada dinding tebing. Pemanjat harus membawa beberapa quickdraws (sepasang karabiner yang diikat oleh sling/tali nylon kuat).Si pemanjat mengklip satu karabiner di quickdraw tsb pada bolt yang ada didinding tebing dan kemudian mengklip tali pengaman pada karabiner yang lain.

Sedangkan pada Trad Climbing, dinding tebing benar2 bersih dari bolts dan hangers, enggak ada pengaman buatan yang dipasang pada dinding. Biasanya dilakukan oleh dua orang. Si pemanjat harus membawa alat pengaman sendiri dan memasangnya pada saat memanjat. Ketika tali sudah hampir habis pemanjat pertama membuat stasiun belay untuk membelay pemanjat kedua. Pemanjat kedua yang sebelumnya membelay pemanjat pertama mulai memanjat tebing dan membersihkan (mengambil kembali) alat pengaman yang dipasang di dinding tebing oleh pemanjat pertama. Alat pengaman yang digunakan pada Trad Climbing ini bisa berupa friends/ cams, nuts, tricams, hexagon, bigbro dll. Peralatan ini mahal dan enggak bisa sedikit, kamu harus memiliki beberapa set yang terdiri dari berbagai ukuran untuk bisa memanjat rute dengan aman dan baik. Beberapa set ini kemudian biasa disebut RACK (baca: rak).

ORIENTASI MEDAN

ORIENTASI MEDAN
“ ORMED “

A. Pendahuluan

Dalam suatu perjalanan terkadang kita dihadapkan pada suatu keadaan yang mengharuskan untuk menaksir terdahulu kondisi medan yang akam dihadapi. Maksudnya agar melewati medan tersebut kita tidak terjebak dalam kesulitan. Misalnya menyeberangi sungai, kita harus menaksirkan lebar sungai, kedalaman serta kecepatan arusnya. Peramalan bentuk awan, suara debur pantai, bau-bauan yang berbahaya. Hasilnya penaksiran yang didapat tentu saja tidak tepat benar, ketelitian hasil penaksiran akan tergantung dari kecermatan dan ketelitian.


B. Dasar-dasar Ilmu Medan

  1. Ilmu medan yang sebenarnya, terdiri dari 4 bagian yaitu : geografi, morfologi, hidrografi dan topografi.
  2. Ilmu membayangkan medan (topografi praktis) adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan alat untuk mendapatkan bayangan yang jelas tentang suatu medan. Terbagi menjadi : cara penggunaan peta topografi dan uraian mengenai medan.
  3. Ilmu Pengintaian adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara yang terbaik untuk melakukan pengintaian suatu medan untuk keperluan tugasnya.


C. Tanda-tanda dan Klasifikasi Medan

  1. Tanda medan terdiri dari tanda medan dari alam, tanda yang di buat manusia dan titik tanda.
  2. Klasifikasi medan terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi, gigir gunung, lembah, hutan, rimba dan rawa.


D. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan

  1. Pengaruh topografi antara lain : bentuk permukaan dan perairan, tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah dan benda-benda buatan yang ada di medan.
  2. Pengetahuan dan keterampilan
  3. Iklim dan cuaca


E. Penaksiran
Adalah proses mengetahui keadaan di alam melalui panca indra, anggota tubuh dan pengalaman dan terkadang dengan bantuan alat. Dipengaruhi oleh : panca indra, anggota tubuh dan pengalaman

F. Teknik Penaksiran
  1. Menaksir lebar sungai
  2. Menaksir tinggi permukaan sungai dengan Bantuan batang atau ranting dan riam
  3. Menaksir kecepatan arus sungai
  4. Menaksir ketinggian
  5. Penaksiran waktu
  6. Penaksiran jarak
  7. Penaksiran cuaca

TALI TEMALI

Dalam setiap kegiatan tali merupakan yang mutlak di butuhkan, terutama dalam kegiatan pendakian gunung. Salah satu fungsi tali adalah melindungi seorang pemanjat agar tidak terjatuh atau menyentuh tanah.

Jenis-jenis tali:
1. Tali serat alami
Tali kekuatannya rendah,tidak lentur dan berbahaya bagi pemanjat.

Bahan-bahan alami untuk pembuatan tali serat alami:
* Serat daun alami

* Seart kulit kelapa
* Serat sebangsa rer
umputan

2. Tali serat sintesis.
Tali jenis ini lebih kuat, kokoh, lentur, ringan dan mudah dibawa oleh karena itu tali ini lebih sring digunakan.


Beberapa tali yang merupakan tali sintesis yakni:

1. polypropylene

Tali yang terbuat dari bahan ini tidak menjadi lemah dalam keadaan basah. Oleh karena itu sering dipergunakan dalam olah raga air. Namun tali ini tidak tahan terhadap sinar matahari yang berlebihan.

2. polyester

keunggulan tali initahan terhadap gesekan, punya kelenturan yang baik dan renggannya kecil.


3. nylon
tali ini pada umumnya 17 % lebih ringan daripada polyster, tali ini terbuat dari bahan yang sangat elastis sehingga tidak dapat dipergunakan untuk menarik sesuatu yang berat. Tali ini tidak bias terkena air karena dapat menyerap air sehingga tali menjadi sangat berat.

4. hauzerlaid

tali sintesis yang dijalan seperti serat alam dengan mesin, sering dipakai terutama untuk berlatih turun tebing.

5. karmantle

Tali karmantle terbagi atas 2 bagian, yakni :

* kern (tali) yang terdiri dari serat putih
* mantle (luar) yang merupakan anyaman untuk melindungi tali.

IKLIM dan MEDAN

I. IKLIM
A. PENDAHULUAN
Iklim dan medan merupakan salah satu dasar pengetahuan dalam berpetualang. Mempelajari pengetahuan mengenai iklim dan medan, perlu bagi seseorang yang gemar untuk melakukan kegiatan di alam terbuka.
Semua keadaan atmosfer (kelembaban, suhu, tekanan, angin) di bumi adalah akibat dari rotasi bumi terhadap matahari.
Berdasarkan waktu dan tempat, maka dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Iklim mencakup waktu yang lebih lama dari musim dan cuaca dan juga mencakup daerah yang lebih luas dari musim dan cuaca.
2. Musim mencakup waktu yang berulang dan teratur dan juga mencakup daerah yang cukup lebar dan tetap.
3. Cuaca mencakup waktu yang singkat dan among dan juga mencakup daerah yang sempit dan rambang.



• Iklim
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Cuaca adalah keadaan suhu atau udara di suatu tempat pada saat tertentu dalam waktu yang singkat. Jadi cuaca dapat berubah-ubah dan iklim relatif tetap untuk jangka waktu enam bulan sekali (untuk wilayah tropis).
• Musim
Keadaan atmosfer berdasarkan akibat posisi bumi terhadap matahari. Posisi bumi akan mempengaruhi musim yang akan terjadi di suatu iklim itu.
• Cuaca
Keadaan atmosfer yang langsung dapat dirasakan (suhu, kelembaban, angin) dan dapat dilihat (awan, ombak, benda langit) oleh pengamat.

B. JENIS-JENIS IKLIM
Iklim dapat dibagi atas yang dipengaruhi oleh matahari dan iklim yang terjadi karena kondisi geografisnya.


• Iklim Surya
Iklim yang terjadi akibat perbedaan pancaran matahari terhadap muka bumi. Iklim ini terbagi lagi menjadi peristiwa yang teratur atau yang dinamakan musim.
1. Iklim Kutub
Udara dingin dan hujan salju, mengalami siang kutub dan malam kutub sekurang-kurangnya 1 hari dalam setahun. Mempunyai dua musim panas dan dingin.
2. Iklim Ugahari
Mengalami musi panas yang sejuk dengan musim dingin dan hujan sepanjang tahun karena adanya angina barat dari laut dan terjadi di belahan bumi utara.
3. Iklim Sub Tropik
Mempunyai musim dingin, semi, panas, gugur tanpa salju kecuali di dataran tinggi, musim panas yang skering dan sedikit hujan.
4. Iklim Tropik
Iklim yang mempunyai musim penghujan dan kemarau.

• Iklim Muson
Muson berarti musim. Jadi iklim musim (iklim yang terulang teratu). Terdapat di daerah yang sangat mempengaruhi oleh dua atau lebih system iklim yang lebih besar.


KONSEP DASAR MANAJEMEN

Fungsi-fungsi manajemen

Sampai sekarang belum ada kesepakatan baik diantara para praktisi maupun para teoritisi mengenai apa saja yang menjadi fungsi-fungsi atau tugas-tugas manajemen. Untuk pembahasan kita, baiklah kita ambil konsep paling sederhana yang diajukan oleh George R. Terry yang meliputi 4 buah fungsi manajemen, yaitu:

  1. Perencanaan (Planning)
  2. Pengorganisasian (Organizing)
  3. Penggerakkan (Actuating)
  4. Pengawasan (Controlling)


Ad.1. Perencanaan (Planning)
Secara sederhana perencanaan dapat dirumuskan sebagai penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkan. Tetapi biasanya secara lebih detail perencanaan dirumuskan sebagai penetapan atau penyusunan langkah-langkah sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:
apa yang harus dicapai, bilamana hal tersebut harus dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai, siapa yang bertanggung jawab atas pencapaian tujuan, dan mengapa sesuatu hal harus dicapai.

Di dalam bahasa Inggris perencanaan (planning) dirumuskan sebagai tindakan yang harus dilakukan dalam menjawab 6 buah pertanyaan yang lazim dikenal sebagai 5 W + 1 H, yaitu:
a. Tindakan
apa yang harus dikerjakan (WHAT)
b. Apakah
sebabnya tindakan itu dikerjakan (WHY)
c.
Dimanakah tindakan itu akan dilakukan (WHERE)
d.
Bilamana tindakan itu dikerjakan (WHEN)
e.
Siapa yang akan mengerjakan tindakan itu (WHO)
f.
Bagaimana pelaksanaannya (HOW)



KODE ETIK PECINTA ALAM

KODE ETIK PECINTA ALAM INDONESIA

  • PECINTA ALAM INDONESIA SADAR BAHWA ALAM BESERTA ISINYA ADALAH CIPTAAN TUHAN YANG MAHA ESA
  • PECINTA ALAM INDONESIA SEBAGAI BAHAGIAN DARI MASYARAKAT INDONESIA SADAR AKAN TANGGUNG JAWAB KAMI KEPADA TUHAN, BANGSA DAN TANAH AIR
  • PECINTA ALAM INDONESIA SADAR BAHWA PECINTA ALAM ADALAH SEBAGAI MAHLUK YANG MENCITAI ALAM SEBAGAI ANUGRAH TUHAN YANG MAHA ESA
SESUAI DENGAN HAKIKAT DIATAS KAMI DENGAN KESADARAN
MENYATAKAN :

Sejarah Gladian Nasional Pecinta Alam

Gladian Nasional merupakan pertemuan akbar pecinta alam se Indonesia. Menurut bahasa berasal dari “gladi” (bahasa Jawa) yang mempunyai arti “latihan” sehingga Gladian Nasional bisa diartikan sebagai “ajang latihan” bagi para pecinta alam guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam bidang kepecintaalaman dan kegiatan alam bebas. Gladian Nasional juga berperan sebagai wahana silaturahmi dan berbagi pengetahuan antar perkumpulan pecinta alam se Indonesia.

Pada awalnya kegiatan ini diadakan oleh WANADRI sebagai ajang latihan bagi anggotanya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam gladian ini antara lain mountaineering, pengenalan SAR, acara kekeluargaan, serta tukar menukar informasi dan pengalaman. Selain anggota WANADRI dalam kegiatan ini diundang pula beberapa perhimpunan- perhimpunan pencinta alam dan pendaki gunung yang ada di Jawa.

Dalam acara gladian yang kemudian dikenal sebagai Gladian Nasional I ini hadir 109 orang dari 18 perhimpunan. Pada kesempatan itu pula akhirnya disepakati bersama untuk menyelenggarakan gladian-gladian selanjutnya sebagai media pertemuan dan latihan pencinta alam dan pendaki gunung di Indonesia.

Salah satu Gladian Nasional yang fenomenal adalah Gladian Nasional IV yang berlangsung di Sulawesi Selatan di mana dalam gladian ini berhasil disepakatiKode Etik Pecinta Alam Indonesia yang masih dipergunakan oleh berbagai perkumpulan pecinta alam di Indonesia hingga sekarang.

Meskipun tidak rutin dilaksanakan dalam rentang waktu tertentu namun Gladian Nasional telah berhasil dilaksanakan beberapa kali. Berikut adalah daftar pelaksanaan Gladian Nasional:


PPGD

Pertolongan Pertama Gawat Darurat

Berpetualang di alam bebas bukan merupakan suatu kegiatan senang-senang atau hura-hura semata, tapi banyak makna yang kita peroleh dari kegiatan ini. Dengan kegiatan ini,kita dilatih untuk siap, tangguh, kuat, percaya diri, dsb. Setidaknya kita dapat memberikan informasi mengenai keadaan iklim dan keadaan lingkungan tersebut kepada orang lain.
Namun dibalik itu semua kegiatan berpetualang dialam bebas mengandung resiko yang besar, baik resiko kecelakaan bahkan kematian. Yang kurang disadari oleh para petualang alam bebas adalah kecelakaan yang sebenarnya dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, dan pada saat kejadian tersebut belum tentu ada tenaga kesehatan disekitar tempat kejadian. Oleh karena itu untuk berpetualang dialam bebas amat perlu pengetahuan tentang penanganan gawat darurat pada kegiatan di alam bebas tersebut.

Pengetahuan ini bermanfaat sebagai keahlian dasar (basic survival Skill) dan ini harus dimiliki oleh setiap petualang. Kemampuan penanganan awal/pertolongan pertama pada korban baik diri kita maupun orang lain akan menentukan keberhasilan. Banyak kejadian kecelakaan di alam bebas yang disebabkan kurangnya pengetahuan maupun ketrampilan yang dimiliki oleh para petualang itu sendiri. Hal ini merupakan hasil pengamatan dari berbagai operasi SAR yang pernah dilakukan. Untuk kegiatan di alam bebas banyak hal yang perlu dipersiapkan, selain persiapan fisik, mental, peralatan, kemampuan akan pemahaman lingkungan/daerah yang diperlukan, serta pengetahuan-pengetahuan lainnya. Salah satunya ialah pertolongan pertama gawat darurat (PPGD) di alam bebas.

Persiapan pengetahuan PPGD dan perlengkapan medis merupakan salah satu factor yang dapat menciptakan kondisi aman dan nyaman. Jadi dalam melaksanakan kegiatan berpetualang di alam bebas kita harus mempertimbangkan terlebih dahulu pengetahuan dan perlengkapan medis kita sebelum kita melakukan kegiatan tersebut. Sebagai catatan yang mesti kita perhatikan ialah resiko-resiko bahaya/kecelakaan yang terjadi dan jika ini telah diklasifikasikan kita harus siap dan tanggap dalam bagaimana kita menanganinya. Kemampuan dalam menghadapi situasi bahaya/kecelakaan juga amat diperlukan.
Disini kita memerlukan kesiapan mental karena dengan ketenangan akan menghasilkan suatu keputusan yang cepat dan tepatdan bukan berarti kesiapan fisik kita abaikan karena untuk menolong korban diperlukan suatu fisik yang baik, karena menolong korban bukanlah hal yang mudah dan tidak jarang tanpa fisik yang baik pada si penolong malah akan membahayakan dirinya.

INGAT
“Kecelakaan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, maka siapkan diri anda sesiap mungkin sebelum anda melakukan perjalanan”

Dalam sebuah perjalanan, ada beberapa factor yang mempengaruhi perjalanan kita :

1. FISIK
Untuk menghasilkan suatu fisik yang baik tidaklah dicapai dalam waktu yang ingkat, tetapi memerlukan suatu latihan yang teratur dan terarah. Dan untuk mendapatkan suatu perjalanan yang aman, faktor fisik amatlah menentukan untuk mengetahui kemampuan fisik kita, kita harus mengetahui kemampuan system jantung, paru-paru, dan organ-organ tubuh lainnya. Untuk meningkatkan kondisi fisik, kita harus melakukan latihan-latihan fisik yang intensif dan teratur, dan untuk menjaga kebugaran dalam kondisi yang baik, sebaiknya dipertahankan dalam waktu 10-30 menit. Denyut nadi maksimal adalah jumlah denyut nadi yang dihitung selama 6 detik setelah latihan selesai, kemudian jumlahnya dikalikan 10, untuk mendapatkan denyut maksimal dalam waktu satu menit.

Contoh : DNM (Denyut Nadi Maksimal)=220-Usia
Jika Usia=22 tahun, maka DNM=220-22=198 kali/menit, dengan serin-seringnya seseorang berlatih, maka denyut nadinya akan makin menurun mendekati denyut nadi sewaktu kita beristirahat. Denyut nadi normal adalah 80-120 kali/menit.

Bila kita sama sekali tidak melakukan aktifitas seperti berjalan, berlari atau berolahraga maka otot-otot kita akan mengecil, termasuk juga jantung dan akan menyebabkan kerja jantung tidak efisien. Untuk mendapatkan kondisi prima dan meningkatkan daya tahan kerja tubuh yang cukup dalam kegiatan alam bebas, pelatihan kebugaran/fitness merupakan hal yang baik.

Harvard step up test merupakan salah satu test untuk mengetahui kemampuan fisik. Test ini dapat dilakukan mempergunakan kotak/tangga dengan ketinggian 20 cm ( ketinggian 20 cm untuk menghindari kelelahan yang berlebihan), cara melakukan test ini adalah dengan menggunakan kaki kanan dan kiri secara bergantian, setelah 24 step up test/menit, selama 3 menit beturut-turut, lakukan istirahat selama 30menit, kemudian hitung denyut nadi pada pergelangan tangan.

MOUNTAINEERING

I. PENDAHULUAN

Aktivitas mendaki gunung akhir-akhir ini nampaknya bukan lagi merupakan suatu kegiatan yang langka, artinya tidak lagi hanya dilakukan oleh orang tertentu (yang menamakan diri sebagai kelompok Pencinta Alam, Penjelajah Alam dan semacamnya). Melainkan telah dilakukan oleh orang-orang dari kalangan umum. Namun demikian bukanlah berarti kita bisa menganggap bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas mendaki gunung, menjadi bidang ketrampilan yang mudah dan tidak memiliki dasar pengetahuan teoritis. Didalam pendakian suatu gunung banyak hal-hal yang harus kita ketahui (sebagai seorang pencinta alam) yang berupa : aturan-aturan pendakian, perlengkapan pendakian, persiapan, cara-cara yang baik, untuk mendaki gunung dan lain-lain. Segalanya inilah yang tercakup dalam bidang Mountaineering. Mendaki gunung dalam pengertian Mountaineering terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu :

1. Berjalan (Hill Walking)
Secara khusus kegiatan ini disebut mendaki gunung. Hill Walking adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan di Indonesia. Kebanyakan gunung di Indonesia memang hanya memungkinkan berkembangnya tahap ini. Disini aspek yang lebih menonjol adalah daya tarik dari alam yang dijelajahi (nature interested)
2. Memanjat (Rock Climbing)
Walaupun kegiatan ini terpaksa harus memisahkan diri dari Mountaineering, namun ia tetap merupakan cabang darinya. Perkembangan yang pesat telah melahirkan banyak metode-metode pemanjatan tebing yang ternyata perlu untuk diperdalam secara khusus. Namun prinsipnya dengan tiga titik dan berat dan kaki yang berhenti, tangan hanya memberi pertolongan.
3. Mendaki gunung es (Ice & Snow Climbing)
Kedua jenis kegiatan ini dapat dipisahkan satu sama lain. Ice Climbing adalah cara-cara pendakian tebing/gunung es, sedangkan Snow Climbing adalah teknik-teknik pendakian tebing gunung salju.
Dalam ketiga macam kegiatan di atas tentu didalamnya telah mencakup : Mountcamping, Mount Resque, Navigasi medan dan peta, PPPK pegunungan, teknik-teknik Rock Climbing dan lain-lain.


II. PERSIAPAN MENDAKI GUNUNG

1. Pengenalan Medan
Untuk menguasai medan dan memperhitungkan bahaya obyek seorang pendaki harus menguasai menguasai pengetahuan medan, yaitu membaca peta, menggunakan kompas serta altimeter.
Mengetahui perubahan cuaca atau iklim. Cara lain untuk mengetahui medan yang akan dihadapi adalah dengan bertanya dengan orang-orang yang pernah mendaki gunung tersebut. Tetapi cara yang terbaik adalah mengikut sertakan orang yang pernah mendaki gunung tersebut bersama kita.
2. Persiapan Fisik
Persiapan fisik bagi pendaki gunung terutama mencakup tenaga aerobic dan kelenturan otot. Kesegaran jasmani akan mempengaruhi transport oksigen melelui peredaran darah ke otot-otot badan, dan ini penting karena semakin tinggi suatu daerah semakin rendah kadar oksigennya.
3. Persiapan Tim
Menentukan anggota tim dan membagi tugas serta mengelompokkannya dan merencanakan semua yang berkaitan dengan pendakian.
4. Perbekalan dan Peralatan
Persiapan perlengkapan merupakan awal pendakian gunung itu sendiri. Perlengkapan mendaki gunung umumnya mahal, tetapi ini wajar karena ini merupakan pelindung keselamatan pendaki itu sendiri. Gunung merupakan lingkungan yang asing bagi organ tubuh kita yang terbiasa hidup di daerah yang lebih rendah. Karena itu diperlukan perlengkapan yang memadai agar pendaki mampu menyesuaikan di ketinggian yang baru itu. Seperti sepatu, ransel, pakaian, tenda, perlengkapan tidur, perlengkapan masak, makanan, obat-obatan dan lain-lain.

III. BAHAYA DI GUNUNG

Dalam olahraga mendaki gunung ada dua faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu pendakian.

1. Faktor Internal
Yaitu faktor yang datang dari si pendaki sendiri. Apabila faktor ini tidak dipersiapkan dengan baik akan mendatangkan bahaya subyek yaitu karena persiapan yang kurang baik, baik persiapan fisik, perlengkapan, pengetahuan, ketrampilan dan mental.

2. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang datang dari luar si pendaki. Bahaya ini datang dari obyek pendakiannya (gunung), sehingga secara teknik disebut bahaya obyek. Bahaya ini dapat berupa badai, hujan, udara dingin, longsoran hutan lebat dan lain-lain.
Kecelakaan yang terjadi di gunung-gunung Indonesia umumnya disebabkan faktor intern. Rasa keingintahuan dan rasa suka yang berlebihan dan dorongan hati untuk pegang peranan, penyakit, ingin dihormati oleh semua orang serta keterbatasan-keterbatasan pada diri kita sendiri.

NAVIGASI

PENGETAHUAN DASAR NAVIGASI DARAT

Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam jangka waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita.



Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada dimedan sebenarnya yang di proyeksikan pada peta.

Beberapa media dasar navigasi darat adalah :

Peta

Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) dari sebagian atau keseluruhan permukaan bumi yang dilihat dari atas, kemudian diperbesar atau diperkecil dengan perbandingan tertentu. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis kontur.

Beberapa unsur yang bisa dilihat dalam peta :

  • Judul peta; biasanya terdapat di atas, menunjukkan letak peta
  • Nomor peta; selain sebagai nomor registrasi dari badan pembuat, kita bisa menggunakannya sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta
  • Koordinat peta; penjelasannya dapat dilihat dalam sub berikutnya
  • Kontur; adalah merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yang berketinggian sama diatas permukaan laut.
  • Skala peta; adalah perbandingan antara jarak peta dan jarak horizontal dilapangan. Ada dua macam skala yakni skala angka (ditunjukkan dalam angka, misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan 25.000 cm atau 250 meter di keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (biasanya di peta skala garis berada dibawah skala angka).
  • Legenda peta ; adalah simbol-simbol yang dipakai dalam peta tersebut, dibuat untuk memudahkan pembaca menganalisa peta.


Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960.

Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.

Koordinat

Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak untuk membantu menentukan posisi dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan menggunakan sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yang tegak lurus satu sama lain.
Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :

  1. Koordinat Geografis (Geographical Coordinate) ; Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3.7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30"), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60").
  2. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM) ; Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).


Analisa Peta

Salah satu faktor yang sangat penting dalam navigasi darat adalah analisa peta. Dengan satu peta, kita diharapkan dapat memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang keadaan medan sebenarnya, meskipun kita belum pernah mendatangi daerah di peta tersebut.

1. Unsur dasar peta ; Untuk dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya, pertama kali kita harus cek informasi dasar di peta tersebut, seperti judul peta, tahun peta itu dibuat, legenda peta dan sebagainya. Disamping itu juga bisa dianalisa ketinggian suatu titik (berdasarkan pemahaman tentang kontur), sehingga bisa diperkirakan cuaca, dan vegetasinya.

2. Mengenal tanda medan ; Disamping tanda pengenal yang terdapat dalam legenda peta, kita dapat menganalisa peta topografi berdasarkan bentuk kontur. Beberapa ciri kontur yang perlu dipahami sebelum menganalisa tanda medan :

o Antara garis kontur satu dengan yang lainnya tidak pernah saling berpotongan

o Garis yang berketinggian lebih rendah selalu mengelilingi garis yang berketinggian lebih tinggi, kecuali diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah

o Beda ketinggian antar kontur adalah tetap meskipun kerapatan berubah-ubah

o Daerah datar mempunyai kontur jarang-jarang sedangkan daerah terjal mempunyai kontur rapat.

o Beberapa tanda medan yang dapat dikenal dalam peta topografi:

Ø Puncak bukit atau gunung biasanya berbentuk lingkaran kecil, tertelak ditengah-tengah lingkaran kontur lainnya.

Ø Punggungan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak

Ø Lembahan terlihat sebagai rangkaian kontur berbentuk V yang ujungnya tajam menjorok kepuncak. Kontur lembahan biasanya rapat.

Ø Saddle, daerah rendah dan sempit diantara dua ketinggian

Ø Pass, merupakan celah memanjang yang membelah suatu ketinggian

Ø Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.

Ø Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk

Ø Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan


Kompas

Kompas adalah alat penunjuk arah, dan karena sifat magnetnya, jarumnya akan selalu menunjuk arah utara-selatan (meskipun utara yang dimaksud disini bukan utara yang sebenarnya, tapi utara magnetis). Secara fisik, kompas terdiri dari :

  • Badan, tempat komponen lainnya berada
  • Jarum, selalu menunjuk arah utara selatan, dengan catatan tidak dekat dengan megnet lain/tidak dipengaruhi medan magnet, dan pergerakan jarum tidak terganggu/peta dalam posisi horizontal.
  • Skala penunjuk, merupakan pembagian derajat sistem mata angin.

Jenis kompas yang biasa digunakan dalam navigasi darat ada dua macam yakni kompas bidik (misal kompas prisma) dan kompas orienteering (misal kompas silva, suunto dll). Untuk membidik suatu titik, kompas bidik jika digunakan secara benar lebih akurat dari kompas silva. Namun untuk pergerakan dan kemudahan ploting peta, kompas orienteering lebih handal dan efisien.

Dalam memilih kompas, harus berdasarkan penggunaannya. Namun secara umum, kompas yang baik adalah kompas yang jarumnya dapat menunjukkan arah utara secara konsisten dan tidak bergoyang-goyang dalam waktu lama. Bahan dari badan kompas pun perlu diperhatikan harus dari bahan yang kuat/tahan banting mengingat kompas merupakan salah satu unsur vital dalam navigasi darat

Cttn: saat ini sudah banyak digunakan GPS [global positioning system] dengan tehnologi satelite untuk mengantikan beberapa fungsi kompas.